Dokumen ini dibuat dengan format PDF (Portable Document Format) yang dapat dibuka dengan terlebih dahulu mendownload dan menginstal software PDF Viewer yang salah satunya adalah Adobe Acrobat Reader.
Info KEGIATAN UNDHUH-UNDHUH ke II 2014
Posted by GKJW Jemaat Surabaya
Posted on 23.43
Materi Ibadah Pemahaman Alkitab (PA) September 2014
Posted by GKJW Jemaat Surabaya
Posted on 23.05
PERSIAPAN PELAYANAN PA
Bacaan : Lukas 10 : 1-12
Tema : Allah Tidak Berpangku Tangan di Dalam Bait
SuciNya
Sub Tema : Belajar Untuk Melayani Tuhan
Perikop : Yesus Mengutus Tujuh Puluh Murid
TUJUAN
1. Agar warga jemaatmemahami tentangdipanggil
dan dipilih Tuhan untuk ditugaskan melayani Tuhan. (Yohanes 15: 16)
2. Agar warga jemaat memahami bahwa
setiap orang percaya yang dipilih untuk menjadi murid harus senantiasa dekat
dengan Tuhan dan belajar dengan sungguh-sungguh.
3. Agar warga jemaat memahami bahwa
sebagai murid harus memahami pelajaran
secara teori maupun praktek, agar mampu melayani dengan benar bagi orang lain.
4. Agar warga jemaat memahami, bahwa
setiap orang percaya menjadi saksi Tuhan, sebab tuaian banyak, tetapi pekerja
sedikit.
5. Agar warga jemaat memahami, untuk
selalu Ingat dan waspada, karena kita diutus ditengah-tengah pelayanan seperti
domba ditengah srigala
INTISARI ALKITAB
1. Tuhan Yesus mengutus para murid untuk berdua-dua mendahuluiNya ke setiap kota dan tempat yang hendak di kunjunginya.
2. Tuhan Yesus berkata: tuaiannya banyak, tetapi
pekerja sedikit
3. Ingat dan waspada: murid diutus seperti domba
di tengah srigala
4. Ada beberaapa syarat yang harus dipatuhi, antara lain
jangan membawa pundi pundi/bekal, jangan memberi salam diperjalanan, artinya
jangan terpengaruh dalam perjalanan
YESUS
MENGUTUS TUJUH PULUH MURID
Judul ini diambil dari ayat 1, yang diceritakan dalam perikop ini mirip dengan pengutusan kedua belas belas murid atau pengikut Yesus dalam Lukas 9:1-6, termasuk beberapa petunjuk yang diberikan Yesus kepada mereka. Ketujuh puluh pengikut itu diutus ke kota-kota yang kelak akan dikunjungi oleh Yesus sendiri. Mereka disuruh untuk mempersiapkan orang di kota-kota tersebut agar dapat menerima kunjungan Yesus kemudian. Perjalanan Pengikut-pengikut yang diutus itu dianggap sangat mendesak sehingga mereka harus memusatkan tenaga dan pikiran mereka dan mereka harus menghindarkan semua gangguan yang mungkin akan menggagalkan tugas mereka.
A. Pengutusan dan Persiapan
(ayat 1 – 4)
TB.10:1 Mengutus atau ‘’Menugaskan”. Berdua-dua atau “ dua orang dalam satu kelompok”.
Setiap kelompok tentu pergi ke kota atau kampung dan tempat yang berbeda. Untuk
menegaskan hal ini ayat ini dapat disusun kembali menjadi : Setelah itu Tuhan
Yesus memilih tujuh puluh pengikut lagi lalu mengutus mereka berdua-dua pergi
lebih dahulu ke berbagai kota dan tempat yang hendak Dia kunjungi. Selain untuk
bekerja sama dengan baik, pengutusan berdua-dua juga merupakan penegasan
kesaksian dalam kehidupan masyarakat Yahudi.
TB: 10:2 Kiasan yang menggambarkan bahwa sudah banyak orang siap untuk dibawah masuk ke dalam kerajaan/ Pemerintahan Allah. Hal ini dilakukan dengan memberitakan Injil atau kabar baik. “ Tuaian .” menggambarkan orang-orang yang siap masuk ke dalam kerajaan Allah.; “pekerja’ adalah orang-orang yang di utus memberitakan Injil atau kabar baik kepada orang-orang itu
TB: 10:3: Yesus menggambarkan pengikut-pengikutnya
bagaikan anak domba yang lemah dan orang-orang lain yang mereka hadapi bagaikan
serigala yang ganas. ( kata Yunani yang diterjemahkan sebagai serigala disini
berbeda dengan “serigala” yang disebut dalam Lukas 9:58.) Kata serigala dapat
di terjemahkan menjadi:” anjing hutan yang ganas:. Cara lain ialah tetap
mempertahankan kata serigala tetapi di lengkapi dengan sifatnya, sehingga
ungkapan diatas menjadi:” seperti anak domba yang lemah ketengah-tengah
serigala yang ganas.
TB: 10:4 Maksud dari seluruh perintah ini ialah agar
mereka jangan membawa barang-barang atu pesediaan yang biasanya di anggap
sangat penting dalam perjalanan. Mereka sepenuh nya harus bergantung pada
pemeliharaan Allah. Bagian ini dapat di terjemahkan menjadi:” Janganlah
maembawa tempat uang, tas atau sandal tambahan. Janganlah memberi salam kepada
siapapun selama dalam perjalanan: yang dilarang ialah memberi salam selama
dalam perjalanan. Maksudnya ialah bahwa mereka harus langsung pergi ke tujuan
mereka dan jangan gara-gara memberi salam secara berlebihan, mereka terlambat
atau terhalang sampai ke tujuan.
B. Tentang Salam (ayat 5 –
6)
TB: 10:5 Sebelum kita masuk ke rumah seseorang
katakanlah” Damai sejahtera bagi rumah ini: Ini adalah salam yang biasa di
ucapkan oleh orang Yahudi. Damai sejahtera adalah terjemahan dari bahasa Yunani
yang berarti” tenang; aman,tanpa permusuhan,sehat, makmur atau sejahtera “.
Inilah yang diharapkan terjadi pada setiap orang yang ada dalam rumah itu.
TB 10:6 Dan jikalau disitu ada orang yang layak
menerim damai sejahtera. Maka Allah betul-betual akam membuat keluarga itu
damai dan sejahtera. Tetapi jika tidak salammu itu kembali kepadamu
C. Upah Pekerja (ayat 7 – 8)
TB 10:7 Tinggllah dalam rumah orang yang mau
menerimah kalian. Makan dan minumlah apa yang diberikan orang
kepadamu: Pepatah ini dimaksudkan untuk memberikan semangat kepada
paengikut-pengikut Yesus bahwa walaupun mereka tidak membawa bekal dalam
perjalanan kebutuhan mereka akan di cukupi. Jangan berpindah-pindah dari satu
rumah kerumah yang lain. Ada berbagai alasan untuk berpindah dari satu rumah ke
rumah yang lain, misalnya: karena takut telalu membebani tuan rumah karena di
undang oleh orang lain; atau merasa kurang puas atas pelayanan tuan rumah.
Apapun alasannya mereka tidak boleh meninggalkan rumah yang mula-mula menerimah
mereka.
TB: 10:8Kalau kalian masuk ke sebuah kota dan orang
menerima kalian (dengan baik) di kota itu...”, orang meminta kalian tinggal
bersama mereka”,..yang mengajak kalian singgah “. Makanlah apa yang dihidangkan
kepadamu tanpa ragu-ragu.
D. Inti Pemberitaan (ayat 9 –
12)
TB :10:9 “Sembuhkanlah orang-orang yang sakit di
kota itu dan beritakanlah kepada penduduk kota itu bahwa Kerajaan Allah sudah
dekat padamu. Kadang-kadang kerajaan Allah berarti kenyataan hidup yang dapat
dialami pada masa kini sebagai pengikut Yesus Kristus pada masa yang akan
datang, dan kadang-kadang berarti kehidupan kekal yang sejati bersama Allah.
Sudah dekat padamu: sudah tiba saatnya Allah memerintah sepenunya atas kalian”.
TB:10:10-11 Dalam kedua ayat ini Yesus memberikan
petunjuk bagaimana seharusnya tindakan pengikut-pengikutnya terhadap kota-kota
yang tidak mau menerimah mereka. Mereka harus memberikan peringatan secara
terbuka dan terang-terangan kepada penduduk kota itu.
Dan katakanlah dengan suara yang keras, “Walaupun menolak kami ketahuilah sudah tiba saatnya Allah memerintah disini”.
Dan katakanlah dengan suara yang keras, “Walaupun menolak kami ketahuilah sudah tiba saatnya Allah memerintah disini”.
TB:12: Sodom akan lebih ringan tanggunganya : “hukuman atas penduduk kota Sodom akan lebih ringan dari pada hukuman terhadap penduduk kota itu”, atau dapat dibalikkan, “hukuman atas penduduk kota itu lebih berat dari pada hukuman atas penduduk kota Sodom”.
PERTANYAAN REFLEKTIF
1. Sebagai
orang percaya, bagaimana sikap kita terhadap panggilan untuk menjadi utusan Tuhan?
2. Bagaimana
sikap kita sebagai utusan Tuhan yang benar?
3. Bagaimana
caranya agar kita bisa menjadi utusan Tuhan bagai anak domba ke tengah-tengah srigala
REALITAS KEHIDUPAN
Sebagai pengikut Kristus, kita harus senantiasa taat
kepada-Nya. Ketika Tuhan Yesus memberi perintah pada kita, itu berarti Dia
memberikan jaminan penyertaan sehingga kita tidak perlu kuatir akan
kebutuhan-kebutuhan yang ada. Setiap orang percaya seharusnya membawa damai
sejahtera dimanapun dia berada dan senantiasa menjadi berkat bagi setiap orang
yang dilayani. Dengan ini juga kita diajarkan untuk
senantiasa menghormati setiap hamba Tuhan yang melayani
dengan menyiapkan kebutuhannya sesuai dengan kemampuan kita. Sebagai utusan
Tuhan, orang percaya memiliki otoritas rohani dalam Kristus sehingga penolakan
terhadap utusan Tuhan sma halnya dengan menolak Sang Pengutus.
(oleh : Dkn. Judi Prastija - Blok VIII)
Pembentukan karakter nasionalisme dalam pemuridan
Posted by GKJW Jemaat Surabaya
Posted on 21.00
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Nasionalisme didefinisikan kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara
aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas,
integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu, yakni semangat kebangsaan.
Nasionalisme adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah
negara dengan mewujudkan satu identitas yang dimiliki sebagai ikatan barsama
dalam satu kelompok (http://parmilahok.blogspot.com/). Nasionalisme
Indonesia terdapat dalam Pancasila. Pancasila adalah identitas bangsa Indonesia
yang membedakan dengan bangsa lainnya. Kedaulatan bangsa terwujud jika
Pancasila dilakukan. Dan hal yang penting untuk diperjuangkan segenap warga
Indonesia adalah Pancasila.
Nasionalisme dan Pemuridan
Memuridkan adalah perintah terakhir Tuhan Yesus sebelum naik ke
surga (Matius 28: 19-20). Inti dari perintah itu adalah membawa segala bangsa
di dunia untuk percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat, kemudian melakukan
apa yang telah diajarkan dan diteladankan Yesus. Di dalam pemuridan melibatkan pengajaran
dan belajar menerapkan ajaran Yesus yang terdapat dalam kitab PL dan PB. Bagaimana
relevansi pemuridan dengan Pancasila ?di bawah ini akan dikutip tulisan resensi
dari buku “MATA AIR KETELADANAN: Pancasila Dalam Perbuatan “ yang
ditulis oleh Yudi Latif (http://m.kompasiana.com/post/read/640777/1/mata-air-keteladan-pancasila-dalam-perbuatan.htmlyang berisikan penjelasan dan pengejawantahan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan kaitannya dengan ajaran
alkitab.
Sila KeTuhanan yang Maha Esa.
“ Nilai-nilai Ketuhanan, meminjam ungkapan Bung Karno, adalah
nilai-nilai Ketuhanan yang berkebudayaan dan berkeadaban. Yakni nilai-nilai
etis ketuhanan yang digali dari nilai profetis agama-agama yang bersifat
membebaskan, memuliakan keadilan dan persaudaraan; Sila Ketuhanan, meminjam
ungkapan Bung Hatta, menjadi dasar yang memimpin ke jalan kebenaran, adilan,
kebaikan, kejujuran, dan persaudaraan.”
Sila pertamaberbicaramengenai sifat Ilahi keTuhanan yaitu etika
sosial, kebenaran, keadilan, kejujuran, kebaikan dan perdamaian. Alkitab
mengajarkan bahwa Yesus adalah Allah yang sejati/Ilahi sejati (Koloese 1: 1 –
23) dan menjadi serupa Yesus bukan hanya berbicara mengenai kewajiban namun
sebenarnya adalah hak dan identitas orang percaya, karena sifat ilahi sudah “
ditanamkan “ dalam diri kita melalui kelahiran baru yang dikerjakan oleh Roh
Kudus (Roma 8: 29; Yohanes 14: 16 – 17). Berarti pemuridan adalah mewujudkan
benih ilahi yang sudah ada di dalam diri setiap orang percayadi dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian pemuridan adalah pengejawantahan sila Pertama dari
Pancasila.
Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
“ Sila ini mengandung visi kebangsaan yang humanis, dengan
komitmen besar untuk menjalin persaudaraan dalam pergaulan dunia serta antar sesama anak negeri berlandaskan
nilai-nilai keadilan dan keadaban yang memuliakan hak-hak asasi manusia.”
Ajaran alkitab mengenai kemanusiaan adalah mengasihi sesama
manusia sebagai wujud mengasihi Allahm(Matius 22) karena seluruh manusia tanpa
terkecualiadalah gambar Allah. Mengasihi sesama adalah kewajiban
kepada hak manusia yang adalah gambar Allah. Dengan demikian hukum kasih kepada
sesama manusia ini merupakan ajaran mengenai pengejawantahan sila Kedua dari
Pancasila.
Sila Persatuan Indonesia
“ Secara konseptual, Indonesia telah memiliki prinsip dan
kebangsaan yang kuat, terpatri dalam semboyan "Bhinneka Tunggal Ika".
Suatu prinsip kebangsaan yang dapat mempertemu kesilaman tradisi dan
kemajemukan masyarakat Nusantara dan kebaruan negara-bangsa Indonesia; dengan
kesiapan untuk menghargai perbedaan seraya mengusahakan persatuan dalam negara,
konstitusi negara, bentuk, lambang dan bahasa negara, dan peraturan
perundang-undangan sebagai konsensus bersama.”
Sila ini adalah
menghargai perbedaan dan bersatu dalam perbedaan. Ajaran alkitabdalamI Korintus 12 adalah
ajaran nyata mengenai Bhinneka Tunggal Ika. Masing-masing anggota tubuh
memiliki fungsi dan bentuk yang berbeda, namun semuanya saling bekerjasama
dalam kesatuan tubuh yang sama dan untuk mencapai tujuan yang sama.
Sila Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
“ Demokrasi pada hakikatnya merupakan cara mencintai sesama
manusia dengan menghormati setiap warga sebagai subjek yang daulat, bukan objek
tindasan kekuatan pemaksa atau kekuatan modal. Demokrasi yang sesuai dengan
karakter kebangsaan Indonesia bukanlah yang mengarah pada diktator mayoritas
(mayorokrasi) atau tirani minoritas, melainkan permusyawaratan yang
menghargai hak individu, hak kelompok marginal dan hak teritorial.”
Di sini hak pribadi dihormati, namun kepentingan nasional adalah
hal yang paling diutamakan di atas. Dalam hal ini tidak ada golongan yang
menang atau kalah, mayoritas atau minoritas, tetapi yang ada adalah Indonesia
raya. Ajaran alkitab dalam Kisah 15: 1
-23adalah mengenai musyawarah gereja Yerusalem yang tidak hanya dimonopoli oleh
para rasul saja, namun juga anggota gereja yang diwakili oleh penatua. Hasil
akhirnyaadalah bukan untuk kepentingan non Yahudi atau kepentingan Yahudi tetapi
kepentingan bersama ( bandingkan dengan Roma 14: 19).
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
“ Jalan untuk mencapai
keadilan sosial menghendaki perwujudan negara kesejahteraan ala Indonesia yang
tidak saja mengandalkan peran negara secara luas, tetapi juga menghendaki
partisipasi pelaku usaha dan masyarakat dalam mengembangkan kesejahteraan. Dengan
kapasitasnya masing-masing, mereka harus bergotong-royong memajukan
kesejahteraan umum, mengembangkan jaminan pelayanan sosial, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta melakukan pembangunan berkelanjutan untuk keadilan dan
perdamaian dengan karakter kemandirian, sikap hemat, etos kerja, dan ramah
lingkungan.”
Sila ini mengenai kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Ajaran
tentang tanggung jawab turut serta dalam mensejahterakan orang lain adalah
cerita jemaat mula-mula dalam kisah Rasul 2: 43 – 47 dan 4: 34 - 35. Semua
anggota jemaat baru tersebut ikut serta secara sukarela saling membantu supaya
anggota jemaat yang kekurangan menjadi lebih sejahtera (bandingkan dengan 2
Korintus 8: 13 – 14)
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
nilai-nilai luhur Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran Alkitab. Dengan
demikian, mengajarkan ajaran alkitab dalam proses pemuridan adalah bagian dari
membentuk karakter nasionalisme dalam diri setiap orang percaya dalam hal ini
siswa dan mahasiswa binaan Perkantas yang terlibat dalam Kelompok tumbuh
Bersama. (Agung Kurniawan - Warga Blok V kelp. 4)