Info KEGIATAN UNDHUH-UNDHUH ke II 2014


Dokumen ini dibuat dengan format PDF (Portable Document Format) yang dapat dibuka dengan terlebih dahulu mendownload dan menginstal software PDF Viewer yang salah satunya adalah Adobe Acrobat Reader.


Materi Ibadah Pemahaman Alkitab (PA) September 2014

PERSIAPAN PELAYANAN PA

Bacaan : Lukas 10 : 1-12
Tema : Allah Tidak Berpangku Tangan di Dalam Bait SuciNya
Sub Tema : Belajar Untuk Melayani Tuhan
Perikop : Yesus Mengutus Tujuh Puluh Murid


TUJUAN
   1.  Agar warga jemaatmemahami tentangdipanggil dan dipilih Tuhan untuk ditugaskan melayani Tuhan. (Yohanes 15: 16)
   2.   Agar warga jemaat memahami bahwa setiap orang percaya yang dipilih untuk menjadi murid harus senantiasa dekat dengan Tuhan dan belajar dengan sungguh-sungguh.
3.    Agar warga jemaat memahami bahwa sebagai murid harus  memahami pelajaran secara teori maupun praktek, agar mampu melayani dengan benar bagi orang lain.
4.    Agar warga jemaat memahami, bahwa setiap orang percaya menjadi saksi Tuhan, sebab tuaian banyak, tetapi pekerja sedikit.
5.  Agar warga jemaat memahami, untuk selalu Ingat dan waspada, karena kita diutus ditengah-tengah pelayanan seperti domba ditengah srigala

INTISARI ALKITAB
1.   Tuhan Yesus mengutus para murid untuk berdua-dua mendahuluiNya ke setiap kota dan tempat yang hendak di kunjunginya.
2.   Tuhan Yesus berkata: tuaiannya banyak, tetapi pekerja sedikit
3.   Ingat dan waspada: murid diutus seperti domba di tengah srigala
4. Ada beberaapa syarat yang harus dipatuhi, antara lain jangan membawa pundi pundi/bekal, jangan memberi salam diperjalanan, artinya jangan terpengaruh dalam perjalanan

YESUS MENGUTUS TUJUH PULUH MURID

Judul ini diambil dari ayat 1, yang diceritakan dalam perikop ini mirip dengan pengutusan kedua belas belas murid atau pengikut Yesus dalam Lukas 9:1-6, termasuk beberapa petunjuk yang diberikan Yesus kepada mereka. Ketujuh puluh pengikut itu diutus ke kota-kota yang kelak akan dikunjungi oleh Yesus sendiri. Mereka disuruh untuk mempersiapkan orang di kota-kota tersebut agar dapat menerima kunjungan Yesus kemudian. Perjalanan Pengikut-pengikut yang diutus itu dianggap sangat mendesak sehingga mereka harus memusatkan tenaga dan pikiran mereka dan mereka harus menghindarkan semua gangguan yang mungkin akan menggagalkan tugas mereka.

A. Pengutusan dan Persiapan (ayat 1 – 4)
TB.10:1 Mengutus atau ‘’Menugaskan”.  Berdua-dua atau “ dua orang dalam satu kelompok”. Setiap kelompok tentu pergi ke kota atau kampung dan tempat yang berbeda. Untuk menegaskan hal ini ayat ini dapat disusun kembali menjadi : Setelah itu Tuhan Yesus memilih tujuh puluh pengikut lagi lalu mengutus mereka berdua-dua pergi lebih dahulu ke berbagai kota dan tempat yang hendak Dia kunjungi. Selain untuk bekerja sama dengan baik, pengutusan berdua-dua juga merupakan penegasan kesaksian dalam kehidupan masyarakat Yahudi.

TB: 10:2 Kiasan yang menggambarkan bahwa sudah banyak orang siap untuk dibawah masuk ke dalam kerajaan/ Pemerintahan Allah. Hal ini dilakukan dengan memberitakan Injil atau kabar baik. “ Tuaian .” menggambarkan orang-orang yang siap masuk ke dalam kerajaan Allah.; “pekerja’ adalah orang-orang yang di utus memberitakan Injil atau kabar baik kepada orang-orang itu

TB: 10:3: Yesus menggambarkan pengikut-pengikutnya bagaikan anak domba yang lemah dan orang-orang lain yang mereka hadapi bagaikan serigala yang ganas. ( kata Yunani yang diterjemahkan sebagai serigala disini berbeda dengan “serigala” yang disebut dalam Lukas 9:58.) Kata serigala dapat di terjemahkan menjadi:” anjing hutan yang ganas:. Cara lain ialah tetap mempertahankan kata serigala tetapi di lengkapi dengan sifatnya, sehingga ungkapan diatas menjadi:” seperti anak domba yang lemah ketengah-tengah serigala yang ganas.

TB: 10:4 Maksud dari seluruh perintah ini ialah agar mereka jangan membawa barang-barang atu pesediaan yang biasanya di anggap sangat penting dalam perjalanan. Mereka sepenuh nya harus bergantung pada pemeliharaan Allah. Bagian ini dapat di terjemahkan menjadi:” Janganlah maembawa tempat uang, tas atau sandal tambahan. Janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan: yang dilarang ialah memberi salam selama dalam perjalanan. Maksudnya ialah bahwa mereka harus langsung pergi ke tujuan mereka dan jangan gara-gara memberi salam secara berlebihan, mereka terlambat atau terhalang sampai ke tujuan.

B. Tentang Salam (ayat 5 – 6) 
TB: 10:5 Sebelum kita masuk ke rumah seseorang katakanlah” Damai sejahtera bagi rumah ini: Ini adalah salam yang biasa di ucapkan oleh orang Yahudi. Damai sejahtera adalah terjemahan dari bahasa Yunani yang berarti” tenang; aman,tanpa permusuhan,sehat, makmur atau sejahtera “. Inilah yang diharapkan terjadi pada setiap orang yang ada dalam rumah itu.

TB 10:6 Dan jikalau disitu ada orang yang layak menerim damai sejahtera. Maka Allah betul-betual akam membuat keluarga itu damai dan sejahtera. Tetapi jika tidak salammu itu kembali kepadamu

C. Upah Pekerja (ayat 7 – 8)
TB 10:7 Tinggllah dalam rumah orang yang mau menerimah kalian.  Makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu: Pepatah ini dimaksudkan untuk memberikan semangat kepada paengikut-pengikut Yesus bahwa walaupun mereka tidak membawa bekal dalam perjalanan kebutuhan mereka akan di cukupi. Jangan berpindah-pindah dari satu rumah kerumah yang lain. Ada berbagai alasan untuk berpindah dari satu rumah ke rumah yang lain, misalnya: karena takut telalu membebani tuan rumah karena di undang oleh orang lain; atau merasa kurang puas atas pelayanan tuan rumah. Apapun alasannya mereka tidak boleh meninggalkan rumah yang mula-mula menerimah mereka.

TB: 10:8Kalau kalian masuk ke sebuah kota dan orang menerima kalian (dengan baik) di kota itu...”, orang meminta kalian tinggal bersama mereka”,..yang mengajak kalian singgah “. Makanlah apa yang dihidangkan kepadamu tanpa ragu-ragu.

D. Inti Pemberitaan (ayat 9 – 12)
TB :10:9 “Sembuhkanlah orang-orang yang sakit di kota itu dan beritakanlah kepada penduduk kota itu bahwa Kerajaan Allah sudah dekat padamu. Kadang-kadang kerajaan Allah berarti kenyataan hidup yang dapat dialami pada masa kini sebagai pengikut Yesus Kristus pada masa yang akan datang, dan kadang-kadang berarti kehidupan kekal yang sejati bersama Allah. Sudah dekat padamu: sudah tiba saatnya Allah memerintah sepenunya atas kalian”.

TB:10:10-11 Dalam kedua ayat ini Yesus memberikan petunjuk bagaimana seharusnya tindakan pengikut-pengikutnya terhadap kota-kota yang tidak mau menerimah mereka. Mereka harus memberikan peringatan secara terbuka dan terang-terangan kepada penduduk kota itu.
Dan katakanlah dengan suara yang keras, “Walaupun menolak kami ketahuilah sudah tiba saatnya Allah memerintah disini”.

TB:12: Sodom akan lebih ringan tanggunganya : “hukuman atas penduduk kota Sodom akan lebih ringan dari pada hukuman terhadap penduduk kota itu”, atau dapat dibalikkan, “hukuman atas penduduk kota itu lebih berat dari pada hukuman atas penduduk kota Sodom”.

PERTANYAAN REFLEKTIF
1.   Sebagai orang percaya, bagaimana sikap kita terhadap panggilan untuk menjadi utusan Tuhan?
2.   Bagaimana sikap kita sebagai utusan Tuhan yang benar?
3.  Bagaimana caranya agar kita bisa menjadi utusan Tuhan bagai anak domba ke  tengah-tengah srigala

REALITAS KEHIDUPAN
Sebagai pengikut Kristus, kita harus senantiasa taat kepada-Nya. Ketika Tuhan Yesus memberi perintah pada kita, itu berarti Dia memberikan jaminan penyertaan sehingga kita tidak perlu kuatir akan kebutuhan-kebutuhan yang ada. Setiap orang percaya seharusnya membawa damai sejahtera dimanapun dia berada dan senantiasa menjadi berkat bagi setiap orang yang dilayani.  Dengan ini juga kita diajarkan untuk senantiasa menghormati setiap hamba Tuhan yang melayani dengan menyiapkan kebutuhannya sesuai dengan kemampuan kita. Sebagai utusan Tuhan, orang percaya memiliki otoritas rohani dalam Kristus sehingga penolakan terhadap utusan Tuhan sma halnya dengan menolak Sang Pengutus.
(oleh : Dkn. Judi Prastija - Blok VIII)



Pembentukan karakter nasionalisme dalam pemuridan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Nasionalisme didefinisikan kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu, yakni semangat kebangsaan. Nasionalisme adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu identitas yang dimiliki sebagai ikatan barsama dalam satu kelompok (http://parmilahok.blogspot.com/). Nasionalisme Indonesia terdapat dalam Pancasila. Pancasila adalah identitas bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa lainnya. Kedaulatan bangsa terwujud jika Pancasila dilakukan. Dan hal yang penting untuk diperjuangkan segenap warga Indonesia adalah Pancasila.
Nasionalisme dan Pemuridan
Memuridkan adalah perintah terakhir Tuhan Yesus sebelum naik ke surga (Matius 28: 19-20). Inti dari perintah itu adalah membawa segala bangsa di dunia untuk percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat, kemudian melakukan apa yang telah diajarkan dan diteladankan Yesus. Di dalam pemuridan melibatkan pengajaran dan belajar menerapkan ajaran Yesus yang terdapat dalam kitab PL dan PB. Bagaimana relevansi pemuridan dengan Pancasila ?di bawah ini akan dikutip tulisan resensi dari buku “MATA AIR KETELADANAN: Pancasila Dalam Perbuatan “ yang ditulis oleh Yudi Latif (http://m.kompasiana.com/post/read/640777/1/mata-air-keteladan-pancasila-dalam-perbuatan.htmlyang berisikan penjelasan dan pengejawantahan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan kaitannya dengan ajaran alkitab.
Sila KeTuhanan yang Maha Esa.
 “ Nilai-nilai Ketuhanan,  meminjam ungkapan Bung Karno, adalah nilai-nilai Ketuhanan yang berkebudayaan dan berkeadaban. Yakni nilai-nilai etis ketuhanan yang digali dari nilai profetis agama-agama yang bersifat membebaskan, memuliakan keadilan dan persaudaraan; Sila Ketuhanan, meminjam ungkapan Bung Hatta, menjadi dasar yang memimpin ke jalan kebenaran, adilan, kebaikan, kejujuran, dan persaudaraan.” 
Sila pertamaberbicaramengenai sifat Ilahi keTuhanan yaitu etika sosial, kebenaran, keadilan, kejujuran, kebaikan dan perdamaian. Alkitab mengajarkan bahwa Yesus adalah Allah yang sejati/Ilahi sejati (Koloese 1: 1 – 23) dan menjadi serupa Yesus bukan hanya berbicara mengenai kewajiban namun sebenarnya adalah hak dan identitas orang percaya, karena sifat ilahi sudah “ ditanamkan “ dalam diri kita melalui kelahiran baru yang dikerjakan oleh Roh Kudus (Roma 8: 29; Yohanes 14: 16 – 17). Berarti pemuridan adalah mewujudkan benih ilahi yang sudah ada di dalam diri setiap orang percayadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pemuridan adalah pengejawantahan sila Pertama dari Pancasila.
Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
“ Sila ini mengandung visi kebangsaan yang humanis, dengan komitmen besar untuk menjalin persaudaraan dalam pergaulan dunia serta  antar sesama anak negeri berlandaskan nilai-nilai keadilan dan keadaban yang memuliakan hak-hak asasi manusia.”
Ajaran alkitab mengenai kemanusiaan adalah mengasihi sesama manusia sebagai wujud mengasihi Allahm(Matius 22) karena seluruh manusia tanpa terkecualiadalah gambar Allah. Mengasihi sesama adalah kewajiban kepada hak manusia yang adalah gambar Allah. Dengan demikian hukum kasih kepada sesama manusia ini merupakan ajaran mengenai pengejawantahan sila Kedua dari Pancasila.
Sila Persatuan Indonesia
“ Secara konseptual, Indonesia telah memiliki prinsip dan kebangsaan yang kuat, terpatri dalam semboyan "Bhinneka Tunggal Ika". Suatu prinsip kebangsaan yang dapat mempertemu kesilaman tradisi dan kemajemukan masyarakat Nusantara dan kebaruan negara-bangsa Indonesia; dengan kesiapan untuk menghargai perbedaan seraya mengusahakan persatuan dalam negara, konstitusi negara, bentuk, lambang dan bahasa negara, dan peraturan perundang-undangan sebagai konsensus bersama.”
 Sila ini adalah menghargai perbedaan dan bersatu dalam perbedaan.  Ajaran alkitabdalamI Korintus 12 adalah ajaran nyata mengenai Bhinneka Tunggal Ika. Masing-masing anggota tubuh memiliki fungsi dan bentuk yang berbeda, namun semuanya saling bekerjasama dalam kesatuan tubuh yang sama dan untuk mencapai tujuan yang sama.
Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
“ Demokrasi pada hakikatnya merupakan cara mencintai sesama manusia dengan menghormati setiap warga sebagai subjek yang daulat, bukan objek tindasan kekuatan pemaksa atau kekuatan modal. Demokrasi yang sesuai dengan karakter kebangsaan Indonesia bukanlah yang mengarah pada diktator mayoritas (mayorokrasi) atau tirani minoritas, melainkan  permusyawaratan yang menghargai hak individu, hak kelompok marginal  dan hak teritorial.”
Di sini hak pribadi dihormati, namun kepentingan nasional adalah hal yang paling diutamakan di atas. Dalam hal ini tidak ada golongan yang menang atau kalah, mayoritas atau minoritas, tetapi yang ada adalah Indonesia raya.  Ajaran alkitab dalam Kisah 15: 1 -23adalah mengenai musyawarah gereja Yerusalem yang tidak hanya dimonopoli oleh para rasul saja, namun juga anggota gereja yang diwakili oleh penatua. Hasil akhirnyaadalah bukan untuk kepentingan non Yahudi atau kepentingan Yahudi tetapi kepentingan bersama ( bandingkan dengan Roma 14: 19).
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
 “ Jalan untuk mencapai keadilan sosial menghendaki perwujudan negara kesejahteraan ala Indonesia yang tidak saja mengandalkan peran negara secara luas, tetapi juga menghendaki partisipasi pelaku usa­ha dan masyarakat dalam mengembangkan kesejahteraan. De­ngan kapasitasnya masing-masing, mereka harus bergotong-royong memajukan kesejahteraan umum, mengembangkan jaminan ­pelayanan sosial, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta melakukan pembangunan berkelanjutan untuk keadilan dan perdamaian de­ngan karakter kemandirian, sikap hemat, etos kerja, dan ramah ling­kungan.”
Sila ini mengenai kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Ajaran tentang tanggung jawab turut serta dalam mensejahterakan orang lain adalah cerita jemaat mula-mula dalam kisah Rasul 2: 43 – 47 dan 4: 34 - 35. Semua anggota jemaat baru tersebut ikut serta secara sukarela saling membantu supaya anggota jemaat yang kekurangan menjadi lebih sejahtera (bandingkan dengan 2 Korintus 8: 13 – 14)
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai luhur Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran Alkitab. Dengan demikian, mengajarkan ajaran alkitab dalam proses pemuridan adalah bagian dari membentuk karakter nasionalisme dalam diri setiap orang percaya dalam hal ini siswa dan mahasiswa binaan Perkantas yang terlibat dalam Kelompok tumbuh Bersama.  (Agung Kurniawan - Warga Blok V kelp. 4)