Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Nasionalisme didefinisikan kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara
aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas,
integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu, yakni semangat kebangsaan.
Nasionalisme adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah
negara dengan mewujudkan satu identitas yang dimiliki sebagai ikatan barsama
dalam satu kelompok (http://parmilahok.blogspot.com/). Nasionalisme
Indonesia terdapat dalam Pancasila. Pancasila adalah identitas bangsa Indonesia
yang membedakan dengan bangsa lainnya. Kedaulatan bangsa terwujud jika
Pancasila dilakukan. Dan hal yang penting untuk diperjuangkan segenap warga
Indonesia adalah Pancasila.
Nasionalisme dan Pemuridan
Memuridkan adalah perintah terakhir Tuhan Yesus sebelum naik ke
surga (Matius 28: 19-20). Inti dari perintah itu adalah membawa segala bangsa
di dunia untuk percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat, kemudian melakukan
apa yang telah diajarkan dan diteladankan Yesus. Di dalam pemuridan melibatkan pengajaran
dan belajar menerapkan ajaran Yesus yang terdapat dalam kitab PL dan PB. Bagaimana
relevansi pemuridan dengan Pancasila ?di bawah ini akan dikutip tulisan resensi
dari buku “MATA AIR KETELADANAN: Pancasila Dalam Perbuatan “ yang
ditulis oleh Yudi Latif (http://m.kompasiana.com/post/read/640777/1/mata-air-keteladan-pancasila-dalam-perbuatan.htmlyang berisikan penjelasan dan pengejawantahan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan kaitannya dengan ajaran
alkitab.
Sila KeTuhanan yang Maha Esa.
“ Nilai-nilai Ketuhanan, meminjam ungkapan Bung Karno, adalah
nilai-nilai Ketuhanan yang berkebudayaan dan berkeadaban. Yakni nilai-nilai
etis ketuhanan yang digali dari nilai profetis agama-agama yang bersifat
membebaskan, memuliakan keadilan dan persaudaraan; Sila Ketuhanan, meminjam
ungkapan Bung Hatta, menjadi dasar yang memimpin ke jalan kebenaran, adilan,
kebaikan, kejujuran, dan persaudaraan.”
Sila pertamaberbicaramengenai sifat Ilahi keTuhanan yaitu etika
sosial, kebenaran, keadilan, kejujuran, kebaikan dan perdamaian. Alkitab
mengajarkan bahwa Yesus adalah Allah yang sejati/Ilahi sejati (Koloese 1: 1 –
23) dan menjadi serupa Yesus bukan hanya berbicara mengenai kewajiban namun
sebenarnya adalah hak dan identitas orang percaya, karena sifat ilahi sudah “
ditanamkan “ dalam diri kita melalui kelahiran baru yang dikerjakan oleh Roh
Kudus (Roma 8: 29; Yohanes 14: 16 – 17). Berarti pemuridan adalah mewujudkan
benih ilahi yang sudah ada di dalam diri setiap orang percayadi dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian pemuridan adalah pengejawantahan sila Pertama dari
Pancasila.
Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
“ Sila ini mengandung visi kebangsaan yang humanis, dengan
komitmen besar untuk menjalin persaudaraan dalam pergaulan dunia serta antar sesama anak negeri berlandaskan
nilai-nilai keadilan dan keadaban yang memuliakan hak-hak asasi manusia.”
Ajaran alkitab mengenai kemanusiaan adalah mengasihi sesama
manusia sebagai wujud mengasihi Allahm(Matius 22) karena seluruh manusia tanpa
terkecualiadalah gambar Allah. Mengasihi sesama adalah kewajiban
kepada hak manusia yang adalah gambar Allah. Dengan demikian hukum kasih kepada
sesama manusia ini merupakan ajaran mengenai pengejawantahan sila Kedua dari
Pancasila.
Sila Persatuan Indonesia
“ Secara konseptual, Indonesia telah memiliki prinsip dan
kebangsaan yang kuat, terpatri dalam semboyan "Bhinneka Tunggal Ika".
Suatu prinsip kebangsaan yang dapat mempertemu kesilaman tradisi dan
kemajemukan masyarakat Nusantara dan kebaruan negara-bangsa Indonesia; dengan
kesiapan untuk menghargai perbedaan seraya mengusahakan persatuan dalam negara,
konstitusi negara, bentuk, lambang dan bahasa negara, dan peraturan
perundang-undangan sebagai konsensus bersama.”
Sila ini adalah
menghargai perbedaan dan bersatu dalam perbedaan. Ajaran alkitabdalamI Korintus 12 adalah
ajaran nyata mengenai Bhinneka Tunggal Ika. Masing-masing anggota tubuh
memiliki fungsi dan bentuk yang berbeda, namun semuanya saling bekerjasama
dalam kesatuan tubuh yang sama dan untuk mencapai tujuan yang sama.
Sila Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
“ Demokrasi pada hakikatnya merupakan cara mencintai sesama
manusia dengan menghormati setiap warga sebagai subjek yang daulat, bukan objek
tindasan kekuatan pemaksa atau kekuatan modal. Demokrasi yang sesuai dengan
karakter kebangsaan Indonesia bukanlah yang mengarah pada diktator mayoritas
(mayorokrasi) atau tirani minoritas, melainkan permusyawaratan yang
menghargai hak individu, hak kelompok marginal dan hak teritorial.”
Di sini hak pribadi dihormati, namun kepentingan nasional adalah
hal yang paling diutamakan di atas. Dalam hal ini tidak ada golongan yang
menang atau kalah, mayoritas atau minoritas, tetapi yang ada adalah Indonesia
raya. Ajaran alkitab dalam Kisah 15: 1
-23adalah mengenai musyawarah gereja Yerusalem yang tidak hanya dimonopoli oleh
para rasul saja, namun juga anggota gereja yang diwakili oleh penatua. Hasil
akhirnyaadalah bukan untuk kepentingan non Yahudi atau kepentingan Yahudi tetapi
kepentingan bersama ( bandingkan dengan Roma 14: 19).
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
“ Jalan untuk mencapai
keadilan sosial menghendaki perwujudan negara kesejahteraan ala Indonesia yang
tidak saja mengandalkan peran negara secara luas, tetapi juga menghendaki
partisipasi pelaku usaha dan masyarakat dalam mengembangkan kesejahteraan. Dengan
kapasitasnya masing-masing, mereka harus bergotong-royong memajukan
kesejahteraan umum, mengembangkan jaminan pelayanan sosial, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta melakukan pembangunan berkelanjutan untuk keadilan dan
perdamaian dengan karakter kemandirian, sikap hemat, etos kerja, dan ramah
lingkungan.”
Sila ini mengenai kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Ajaran
tentang tanggung jawab turut serta dalam mensejahterakan orang lain adalah
cerita jemaat mula-mula dalam kisah Rasul 2: 43 – 47 dan 4: 34 - 35. Semua
anggota jemaat baru tersebut ikut serta secara sukarela saling membantu supaya
anggota jemaat yang kekurangan menjadi lebih sejahtera (bandingkan dengan 2
Korintus 8: 13 – 14)
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
nilai-nilai luhur Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran Alkitab. Dengan
demikian, mengajarkan ajaran alkitab dalam proses pemuridan adalah bagian dari
membentuk karakter nasionalisme dalam diri setiap orang percaya dalam hal ini
siswa dan mahasiswa binaan Perkantas yang terlibat dalam Kelompok tumbuh
Bersama. (Agung Kurniawan - Warga Blok V kelp. 4)